Sabtu, 08 Desember 2012

Batik


 
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization)  atau dikenal  dengan UNESCO, pada tanggal 2 Oktober 2009 menetapkan batik sebagai warisan budaya  dunia yang berasal dari Indonesia dengan istilah “Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi” (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Batik dinilai sebagai ikon budaya yang memiliki keunikan dan filosofi yang mendalam, serta mencakup siklus kehidupan manusia. Dasar pertimbangan yang dipergunakan UNESCO dalam menetapkan penghargaan tersebut, antara lain karena batik di Indonesia ternyata merupakan kerajinan tradisional turun temurun yang kaya akan nilai budaya.
Di Pamekasan industri batik merupakan usaha kerajinan rumah tangga. Usaha ini dikerjakan sebagai usaha sampingan, sementara mereka tetap bersandar pada usaha pokok selaku petani. Terlebih-lebih lagi ketika musim tanam tembakau yang merupakan tanaman andalan petani Pamekasan, mereka mendahulukan menanam tembakau daripada membatik, sehingga praktis kegiatan membatik terhenti atau paling tidak menurun tajam      untuk sementara waktu. Kendatipun hal ini tidak berlangsung terlalu lama, bagaimanapun juga merupakan gangguan bagi pengembangan usaha batik.
Keterampilan membatik di lingkungan komunitas pembatik, diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Anak-anak mengikuti orang tuanya membatik, sampai kemudian mereka mencapai tingkat terampil. Alih keterampilan tidak melalui semacam kursus atau pelatihan khusus membatik.
Sejalan dengan proses alih keterampilan tersebut, maka motif-motif batik berkembang sesuai dengan lokasinya. Karena itu, di Pamekasan dikenal jenis batik Banyumasan, karena berkembang di Desa Banyumas. Ada Batik Klampar, Batik Candiburung, Batik Toronan dan Batik Bedung, Batik Toket dan banyak lagi yang lainnya
Adapun lokasi kerajinan batik di Kabupaten Pamekasan, menyebar di 11 Kecamatan, dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Proppo.  Mengapa Proppo memiliki populasi pembatik yang cukup besar, barangkali bisa dikaitkan dengan sejarah kerajaan di Pamekasan yang memang menurut catatan banyak terdapat di Proppo. Misalnya saja Kerajaan Parupuh,  atau Jamburingin dan lain-lain. Sedang Batik, menurut catatan sejarah berawal dari keraton.
Memperhatikan sebaran jumlah pengrajin, Pemerintah Kabupaten Pamekasan mengembangkan sentra-sentra industri kecil batik tulis yang menyebar di berbagai kecamatan. Seluruhnya ada 28 sentra yang tersebar di tujuh Kecamatan. Lebih rinci, data sentra batik tulis di Pamekasan sebagai berikut :
1.      Kecamatan Pamekasan 5 sentra (Desa Kowel 2 sentra, Desa Toronan, Nylabu Daja dan Kelurahan Gladak Anyar masing-masing 1 sentra).
2.      Kecamatan Proppo 12 sentra (Desa Klampar 5 sentra, Desa Toket dan Candiburung masing-masing 3 sentra dan Desa Rang-perang Daja 1 sentra).
3.      Kecamatan Palengaan 6 sentra (Desa Banyopelle 2 sentra, Desa Panaan, Angsanah, Akkor dan Larangan Badung masing-masing 1 sentra).
4.      Kecamatan Waru 1 sentra ( Desa Waru Barat).
5.      Kecamatan Pegantenan  2 sentra ( Desa Bulangan Haji dan Ambender).
6.      Kecamatan Galis 1 sentra ( Desa Pagendingan).
7.      Kecamatan Tlanakan 1 sentra ( Desa Larangan Slampar).

Pemkab Pamekasan menyediakan lokasi Pasar Batik Tradisional  di Pasar Tujuh Belas Agustus yang terletak di jalan Pintu Gerbang, Kota Pamekasan. Bentuknya berupa los khusus dan juga  kios-kios untuk menampung para penjual batik. Sedang untuk kepentingan pariwisata, Pemkab Pamekasan membangun gedung bertingkat yang diberi nama Pasar Batik yang terletak di jalan Jokotole, dan show room untuk industri kecil/rumah tangga dengan batik sebagai komoditas andalan. Pemkab juga mewajibkan setiap hotel untuk membuka etalase penjualan hasil industri kecil kerajinan, terutama batik.
Para seniman kemudian memadukan seni batik dengan komoditas lain, seperti gerabah. Kerajinan gerabah diberi lukisan batik yang ternyata cukup menarik. Saat ini kota Pamekasan berhias batik karena tembok-tembok rumah atau toko diberi hiasan mural dengan motif batik.
Dalam rangka mengangkat martabat, mempopulerkan, melestarikan, dan mengembangkan batik, Pemkab bersama masyarakat memantapkan diri menyatakan Pamekasan sebagai pusat batik di Jawa Timur. Berkait dengan hal ini, Gubernur Jawa Timur dalam acara Pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong tingkat Provinsi tahun 2009 yang dipusatkan di Pamekasan pada tanggal 24 Juni 2009, mendeklarasikan PAMEKASAN sebagai “KABUPATEN BATIK”. Deklarasi tersebut dilakukan dalam sebuah acara spektakuler yang bertajuk “SERIBU PEREMPUAN MEMBATIK”  disingkat “SUPER BATIK” yang menghasilkan karya  BATIK TULIS TERPANJANG DI DUNIA, dan dicatat sebagai rekor MURI. Dalam acara yang digelar di alun-alun Monumen Arek Lancor,   seribu pembatik perempuan bersama-sama membatik kain sepanjang 1.530 m. Angka ini adalah angka tahun kelahiran Pamekasan yaitu tahun 1530M yang diangkat dari peristiwa penobatan Pangeran Ronggo Sukowati, raja Islam pertama di Pamekasan.
Masih dalam rangka promosi batik, di Pamekasan setiap tahun diadakan pemilihan PUTRI BATIK. Para seniman juga mengambil bagian dengan menciptakan TARI dan LAGU “BHATEK MEKKASAN” (Batik Pamekasan). Upaya-upaya ini diharapkan akan meningkatkan apresiasi masyarakat, termasuk masyarakat luar terhadap batik tulis Pamekasan.

Pada Tahun 2011 Pamekasan dapat Meraih Juara 2 lomba desain batik Tingkat Provinsi Jawa Timur yang di ikuti lebih dari 100 peserta lomba. Dengan diraihnya juara 2 lomba desain batik, batik pamekasan semakin menampakkan ke unggulan batiknya khususnya di Madura.

Guna lebih menggalakkan pemanfaatan serta mentradisikan pakaian  batik, kantor-kantor di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pamekasan mewajibkan para pegawai memakai seragam batik pada hari-hari tertentu. Demikian halnya dengan anak-anak sekolah yang juga wajib memakai seragam batik setiap hari Jumat dan Sabtu. Kantor instansi Pemerintah lain dan badan usaha swasta banyak yang mengikuti kebijakan Pemerintah Daerah ini.
Setiap tahun, dalam rangka peringatan Hari Jadi Pamekasan, ditetapkan Pekan Budaya Madura, yang dalam waktu sepekan tersebut, seluruh instansi dan juga masyarakat diwajibkan memakai batik Madura dan mempergunakan Bahasa Madura dalam kegiatan keseharian, termasuk dalam acara resmi.
Kini, Pamekasan Membatik kian menemukan bentuknya, dan diharapkan akan kian berkembang pada masa mendatang. Dengan demikian, Batik Pamekasan akan memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan batik di Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar